MANAJEMEN OPERASI-UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR


TUGAS PENGANTAR MANAJEMEN
MANAJEMEN OPERASI
                                             


Disusun Oleh :
Nama                    : Bambang Tri Mulyono
NPM                      : 021115235
Kelas                     : 1F Manajemen
Dosen                   : Nadia Dwi Irmadiani, M.Si., S.AB


FAKULTAS EKONOMI, MANAJEMEN
TAHUN 2015/2016

Introduksi Manajemen Operasi
Introduksi manajemen operasi merupakan sebuah pengenalan terkait dengan manajemen operasi. Di samping pengenalan, produksi dan produktivitas, jenis operasional bisnis, dan strategi operasi juga perlu diketahui dengan benar.
Pengertian Manajemen Operasi
Manajemen operasi adalah satu set aktivitas untuk memperoleh nilai tambah produk melalui transformasi input menjadi output. Input dapat berupa :
v  Material, dikelompokan menjadi dua macam yakni :
1.      Material pokok disebut bahan baku yaitu komponen utama yang akan menjadi produk yang dihasilkan dalam proses konversi. Contoh: tekstil untuk perusahaan garmen, kayu untuk perusahaan mebel, kertas untuk perusahaan percetakan.
2.      Material pembantu atau bahan penolong adalah bahan untuk membuat output benar-benar menjadi produk akhir yang utuh. Contoh: cat untuk meja, kancing untuk baju.
v  Karyawan, dikategorikan menjadi empat yakni :
1.      Ahli dan terlatih; seorang yang menguasai konsep tertentu dianggap ahli, sedangkan terlatih apabila sudah berkali-kali melakukan pekerjaan yang sama.
2.      Ahli tetapi tidak terlatih; seorang yang memiliki sertifikasi tinggi di bidangnya dapat dikatakan sudah ahli. Namun karena belum berpengalaman terhadap suatu bidang maka dikatakan tidak terlatih.
3.      Tidak ahli tetapi terlatih; seorang yang tidak ahli dalam bidang tertentu namun sudah berpengalaman karena sering melakukan pekerjaan tersebut berkali-kali.
4.      Tidak ahli dan tidak terlatih; seorang yang tidak ahli dan tidak terlatih maka tidak diperlukan dalam proses konversi karena akan sulit untuk dimintai menyelesaikan sesuatu baik individu maupun kerja tim.
v  Peralatan, juga diperlukan dalam proses konversi. Berhubungan dengan peralatan, teknologi berperan besar dalam proses konversi dan produk yang dihasilkan.
Sedangkan output berupa produk. Produk adalah hasil dari proses konversi berupa barang dan jasa. Hasil konversi diharapkan menghasilkan nilai tambah dan dapat memberikan kepuasan kepada para pelanggan.


Jenis Operasional Bisnis
Ditinjau dari sisi operasional, bisnis dikelompokan menjadi bisnis manufaktur yang menghasilkan barang dan bisnis non manufaktur yang menghasilkan jasa. Ada juga bisnis gabungan manufaktur dengan non manufaktur yakni bisnis disamping menghasilkan barang juga menghasilkan jasa.
Produksi dan Produktivitas
Produksi dan produktivitas adalah dua hal yang berbeda. Produksi adalah penambahan nilai tambah. Jenis nilai tambah dapat berupa :
a)       Manfaat bentuk adalah segala macam bentuk penambahan manfaat yang dihasilkan dengan melakukan perubahan bentuk, misalnya kayu menjadi kursi, kain menjadi baju.
b)      Manfaat tempat apabila suatu barang akan memperoleh nilai tambah ketika barang tersebut berpindah dari tempatnya semula.
c)      Peluang bagi barang yang memiliki bentuk sama dan tempat yang sama dikenal dengan manfaat waktu, misalnya perusahaan gudang.
d)     Salah satu contoh manfaat kepemilikan adalah pemberian sertifikat.
Tingkat produksi adalah barapa jumlah yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu.
Produktivitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk barang dan atau jasa dengan faktor produksi yang tersedia. Tingkat produktivitas adalah sejauh mana produksi yang dilaksanakan telah mencapai apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Stategi Proses
Ada enam macam strategi proses yang dapat dipilih agar proses konversi dapat optimal, yaitu :
a.       Inovasi teknologi : perusahaan selalu berusaha menemukan dan mengembangkan teknologi baru bagi produknya dan akan memproduksi produk yang terbaru sedangkan produk baru tidak diproduksi lagi.
b.      Eksploitasi teknologi : pada dasarnya hampir sama dengan inovasi teknologi yakni perusahaan berusaha menemukan dan mengembangkan teknologi baru bagi produknya. Perbedaanya adalah pada perlakuan produk lama, untuk produk lama, masih diproduksi namun dijual dengan harga yang lebih rendah
c.       Layanan teknologi : baiasanya perusahaan yang menggunakan strategi ini bergerak pada bidang pelayanan. Perusahaan akan memberikan pelayanan yang terbaik untuk konsumen, sehingga perusahaan akan melengkapi peralatan produksinya dengan teknologi baru sehingga lebih aman dan nyaman untuk pelanggan.
d.      Kustomisasi massa : melalui strategi ini, perusahaan akan memproduksi produk yang beraneka rangam dan dalam jumlah yang besar.
e.       Modularisasi : walaupun kadang produk dari perusahaan tersebut berbeda, namun bisa juga salah satu atau beberapa komponen dari produk tersebut adalah sama.
f.       Ekonomi : perusahaan memproduksi produk dengan variasi kecil dan dalam jumlah yang banyak, perusahaan menekankan pada biaya per unit yang serendah-rendahnya.
Desain Produk
Produk adalah ujung tombak bisnis. Oleh karena itu, desain produk merupakan hal yang tidak boleh dipandang remeh. Manajemen perusahaan hendaknya memahami hal seperti komponen produk, definisi produk, Product Life Cycle (PLC) dan Machine Life Style (MLC), serta analisis kelayakan produk.
1.       Komponen Produk, produk antara lain : Nama atau merek, Kemasan atau pembungkus, Idea.
2.       Definisi produk Terkait dengan definisi produk, pembangkitan idea menjadi bagian penting. Pembangkitan idea merupakan gabungan pengetahuan dan seni.
3.       Analisis Kelayakan Produk, Analisis kelayakan produk meliputi tiga aspek utama, yaitu : Analisis teknis, Analisis ekonomis, Analisis komersial.
4.       Hubungan Antara PLC (Product Life Cycle) dan MLC (Machine Life Cycle)
a.       PLC ( Product Life Cycle ) , PLC menggambarkan perkembangan penjualan produk perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Siklus tersebut dimulai dari introduksi dan berakhir dengan penurunan.
1)      Tahap introduksi : tahap dimana produk belum dikenal oleh calon konsumen, dan dalam kurun waktu tertentu itu jumlah penjualan tidak terlalu banyak.
2)      Tahap growth : dalam tahap ini terjadi peningkatan penjualan produk yang sangat signifikan.
3)      Tahap maturitas (kedewasaan) : tahap ini ditandai dengan jumlah penjualan tidak naik lagi tetapi juga tidak turun dalam jangka waktu tertentu atau relatif sama.
4)      Tahap penurunan : tahap akhir PLC ditandai dengan menurunnya jumlah produk yang dijual dan akhirnya tidak ada produk yang terjual lagi dalam kurun waktu tertentu.
b.      MLC ( Machine Life Cycle ) , MLC adalah siklus hidup mesin. MLC berkaitan erat dengan PLC. Mesin untuk memproduksi produk yang dijual perusahaan hendaknya mempunyai siklus hidup yang seimbang dengan siklus hidup produk.
Tahapan MLC antara lain :
1)      Tahap persiapan dan instalasi : dalam tahap ini belum ada satupun produk yang dihasilkan melalui mesin dan peralatan tersebut. Sehingga dalam tahap ini jarang digambarkan dalam grafik yang menghubungkan jumlah unit yang diproduksi dengan waktu. Setelah tahap persiapan dan instalasi selesai selesai, dimulailah tahap percobaan.
2)      Tahap produksi percobaan : merupakan percobaan terhadap mesin dan peralatan produksi yang baru. Oleh karena yang dicoba adalah mesin dan bukan produk, maka produk dari proses produksi percobaan merupakan produk normal, sejauh mproduk yang dihasilkan tidak menyimpang , dan bisa digunakan seperti produk normal yang dihasilkan oleh mesin atau alat produksi yang lama. Produksi percobaan dimulai dengan kapasitas yang rendah.
3)      Tahap produksi normal : mesin dan peralatan produksi dipergunakan sesuai kapasitas normal. Walaupun begitu, tetap diperlukan adanya pemeliharaan mesin secara rutin dan pemeliharaan berkala harus selalu dilakukan agar mesin dan peralatan produksi tetap berfungsi dengan baik.
4)      Tahap pemberhentian :  tahap ini mesin dan peralatan produksi diberhentikan tugasnya dari proses konversi.
c.      Hubungan PLC dan MLC, terlihat bahwa betapa pentingnya kesesuaian waktu antara PLC dan MLC. Jika kurun waktu PLC lebih cepat dari MLC, maka di sisa umur MLC sudah tidak ada lagi produk yang terjual untuk mendukung biaya penyusutan mesin dan peralatan produksi. Hal ini dikarenakan jika MLC belum selesai berarti umur ekonomis mesin itu masih ada. Sementara produk sudah memasuki tahap penurunan atau sudah tidak dapat terjual lagi sehingga tidak ada penerimaan pendapatan produk. Sehinggan mesin tersebut tidak memiliki daya dukung sehingga akan membebani perusahaan.
           Keadaan sebaliknya adalah ketika kurun waktu MLC lebih cepat dari PLC. Ini juga tidak menguntungkan. Karena produk yang sebenarnya masih sangat diminati konsumen, tidak dapat diproduksi disebabkan oleh mesin atau alat produksinya yg sudah rusak. Dengan demikian potensi keuntungan perusahaan akan hilang. Jadi, jelaslah bahwa keseimbangan antara PLC dan MLC sangat perlu untuk diperhatikan pihak manajemen. 


Komentar